Sunday 25 October 2015

Sekilas Kehidupan Baru

こんにちは!

Halo dunia! Sudah lama saya tidak mengisi blog ini lagi. Mungkin untuk kali ini saya akan sedikit bercerita tentang (hampir) satu bulan saya menjalani kehidupan baru, perjuangan baru, di tempat baru ini.

Alhamdulillah, setelah struggling dengan usaha mengurus beasiswa dan lain-lain, akhirnya saya bisa sampai ke negeri orang yang saya dari dulu ingin kunjungi. Memang kalimat "kunjungi" terkesan berarti saya akan banyak mengunjungi banyak tempat yang sudah saya rencanakan untuk kunjungi. Tapi kenyataannya adalah saya tidak belum punya plan untuk tempat-tempat yang dikunjungi hahaha. Mungkin terbentur dengan kenyataan bahwa ini masih permulaan, dan perjuangan saya masih sangaaaat panjang.

Perjuangan masih sangat panjang? Ya, karena saya berangkat ke Jepang dengan status yang mungkin orang kebanyakan tidak tahu: Research Student. Berbeda dengan kebanyakan teman lain yang langsung berangkat untuk studi di Master Degree atau Doctoral Degree, saya berangkat untuk persiapan dulu. Kenapa? Karena untuk masuk program Master di department saya membutuhkan ujian tulis. Dan pilihannya hanya dua: bolak-balik Jepang hanya untuk ujian, atau berangkat sebagai Research Student untuk persiapan macam-macam selama setahun. Dan saya memilih untuk mengambil pilihan kedua karena lebih ekonomis haha.
Student Card sebagai Research Student
Oiya nama saya juga sudah ada loh di web lab saya hahaha.
Nama saya di web lab saya, tapi ya terbalik karena bingung urusan Last Name First Name

The expected and the unexpected

Sebenarnya ada satu hal yang benar-benar saya ingin lakukan begitu sampai di Jepang. Entah kenapa, saya dari dulu memang sangat tertarik dengan Tokyo Tower. Dibandingkan dengan Sky Tree yang mungkin lebih keren, entah kenapa menurut saya lebih iconic. Karena itulah pada bulan Januari yang lalu saya menggambarkan mimpi saya untuk ke Jepang dengan gambar di depan Tokyo Tower. Dan sebetulnya satu-satunya plan yang ingin saya lakukan begitu "mengunjungi" negara ini.

Visualisasi mimpi

Ya, mungkin saya sudah beberapa kali menge-post hal ini di sosial media saya. Tapi tak apa saya ulangi disini sebagai bahan isian blog.

Sedikit flashback, semua berawal dari masa 3 SMA, ketika bimbel di sebuah bimbingan belajar, sebut saja Spectrum Quantum, dan kami sedang mempersiapkan diri untuk USM ITB yang salah satu tes psikotesnya adalah menggambar orang. 
Teman-teman saya yang lain mungkin kebanyakan senang untuk menggambar orang sebagai gambaran dirinya di masa depan sesuai dengan jurusan yang diambilnya, misalnya: dokter dengan seragam lengkap dokter, insinyur dengar peralatan dan safety helmet sedang mengerjakan proyek. Dan urusan nama, guru di  SQ juga sering (seperti) mengarahkan bahwa nama orangnya adalah kita sendiri dan sedang melakukan apa.

Jujur, pada waktu itu saya tidak seperti yang lainnya, dan memilih untuk menggambarkan seorang pemuda sedang bersepeda. Badan tidak full seperti pas foto, karena namanya juga naik sepeda, dan tidak mau juga bawa embel-embel keteknikan. 
Satu hal yang menarik: saat disuruh menjelaskan, saya menjelaskan bahwa ini orang lain, tetapi Pak Pango bersikeras mengarahkan bahwa ini adalah "Dewe sedang bersepeda menuju kampus ITB".
Saat itu saya tidak begitu senang, karena saya tidak mau gambar orang saya pakai bawa-bawa diri saya apalagi ITB.

Dan empat tahun kemudian saya tersadar akan suatu hal yang tidak terduga! Kalimat Pak Pango tentang gambar tersebut tanpa saya sadari menjadi kenyataan! Sejak (mungkin) tingkat 3, saya ke kampus dengan sepeda terus (karena memang adanya sepeda, motor diambil balik sama kakak).
Hari terakhir dengan si Jalu
Sayangnya saya tidak mengarsipkan gambar orang yang saya buat di SQ sebagai bukti.

Dari titik itu lah, saya berpikiran akan suatu hal:
"Bayangkan dan gambarkan dirimu melakukan apa atau berada dimana. Wujudkanlah menjadi nyata." - Tanduk Ion
Ya, bermimpi lah. Dan akan lebih baik lagi apabila kita menggambarkan mimpi tersebut. Tidak harus dalam bentuk fisik gambar dalam coretan, tapi minimal gambaran dalam kepala.

Oleh karena itu lah, pada bulan Januari lalu saya menggambarkan mimpi saya untuk ke Jepang untuk melanjutkan studi kesana.
Coretan mimpi tertanggal 7 Januari 2015
Dan, pada tanggal 11 Oktober 2015, tanpa saya rencanakan sebelumnya untuk ke Tokyo Tower, coretan tersebut terealisasikan.
Tokyo Tower, 11 Oktober 2015
Yah, memang ga bisa sama persis gambarnya, tapi yang penting kan esensinya (kalau kata aktifis pas jaman mahasiswa S1).

Sebenarnya saya cukup kaget karena sebenarnya tidak hanya coretan itu yang menjadi kenyataan. Ada beberapa coretan lain yang menjadi kenyataan juga. Tetapi karena alasan hak cipta, konten, pesan moral, dan beberapa alasan lain yang tidak cukup penting, saya rasa cukup gambar ini saja yang saya tampilkan.

Mungkin setelah ini saya harus mulai latihan gambar lagi yang bagus, biar mimpi-mimpi yang lain bisa saya gambarkan dengan lebih rapi.

Daily life

Makan
Mungkin yang sedikit susah pada awalnya adalah makan disini. Pada minggu pertama disini, saya tidak jelas makannya, karena belum tau makan baiknya dimana.
Seiring berjalannya waktu, mungkin karena mulai adaptasi, mulai lah dilakukan beberapa kiat-kiat untuk bertahan hidup. Untung saja dari selama di Bandung dibiasakan hidup ala mahasiswa aja walaupun udah sempet kerja sebentar.

Dari yang awalnya cuma cari onigiri di kombini (convenience store, macam sev*l, l*wson), akhirnya mulai dapet ritme yang baik, misalnya makan di kantin kampus yang terjangkau dan ada kantin yang memang menyediakan makanan halal, atau sok-sokan masak seadanya yang padahal baru mulai belajar masak aja baru bulan lalu.
Masak sekedar telor demi perut yang lapar karena dinginnya angin disini
Tapi ternyata, kalau dicoba-coba cari, bisa banyak juga loh cari makan halal bagi yang concern soal halal. Di Ueno, saya diberitahu senior ada super market yang menjual daging halal.
業務スーパー (Gyomu Supa) tempat beli beberapa konsumsi halal

Yah paling jeli-jelinya mata aja buat liat logo halal di produknya.
Mungkin kah ini saatnya untuk belajar bereksperimen sehingga nanti pulang bisa ikutan master chef?

Transportasi

Transport disini kemana-mana naik kereta dan jalan kaki. Bagusnya, sistem IC Card untuk pembayarannya sudah sangat wajar disini.
Passmo, salah satu IC Card yang digunakan di Jepang
IC Card ini tidak hanya untuk naik kereta, tapi bisa buat beli-beli dimana-mana. Ya model e-money lah. Pengisian sangat gampang, di setiap stasiun nampaknya ada mesin buat ngisinya.
Bahkan ada paket-paket khusus yang bisa dibuat: Commuter Pass dan Student Pass. Keduanya dibuat untuk dua stasiun (pergi dan pulang) yang sehari-hari digunakan sehingga pembayarannya dapat dibuat sekali untuk satu,tiga, atau enam bulan. Commuter Pass sebenarnya harganya sama saja, hitungan PP dikali 20 hari kerja, sedangkan Student Pass kena diskon hampir 50%.
Semoga Indonesia yang makin maju akhirnya bisa serapi sini sistem e-moneynya.

Sampah

Mungkin yang sedikit merepotkan lainnya adalah soal sampah, dimana kita harus bisa memilih-milih sampah yang dibuang. Repot sekali apabila terlalu membawa budaya Indonesia dan membawa pikiran "ah sudahlah, nanti juga disana dipisahin" atau malah "ah ntar juga digabung".

Enak sekali kayaknya sistem pengolahan sampah disini. Kalau di Indonesia, mungkin desain pengolahan sampah yang laku adalah sistem smart garbage system atau nama lainnya yang pakai smart-smart-an, dimana yang pintar adalah sistemnya bukan user-nya, sehingga bisa menangani segala macam user baik yang smart maupun yang tidak smart.
Sedangkan mungkin disini akan lebih mudah, karena desain pengolahan sampahnya dengan asumsi user yang smart.
Silahkan dipilih kategori sampahnya
Sejujurnya saya masih sedikit bingung untuk beberapa kategori sampah yang mungkin lebih spesifik, misal kaleng sardin awalnya bingung masuk mana ternyata barengin aja sama kaleng kayak minuman kaleng (padahal udah jelas sih namanya juga "kaleng" sardin). Belajar seiring jalanya waktu aja lah ya, pakai logika dikit-dikit haha.

Kamar/Dorm/Lodge

Untuk akomodasi, alhamdulillah saya mendapatkan akomodasi dorm dari Todai di Komaba Lodge, walaupun dengan sedikit menyesal harganya sangat melambung untuk nama dorm/lodge (~43% dari pemasukan). Tapi makanya saya awali dengan alhamdulillah, karena mari kita syukuri yang kita dapat.

Kondisi kamar ini sangat mewah bagi saya: kamar mandi dalam, sudah ada AC, kulkas, kasur, ada dapur bersama, air panas, dan internet yang sangat memadai. Ya, sangat mewah karena saya sudah terbiasa untuk ngekos dengan kamar yang simpel, kamar mandi luar, dan internet yang sangat susah untuk diandalkan karena hanya menggunakan tethering dari HP. Sekalinya koneksi bagus pun ternyata kuota langsung habis karena Wind*ws menyedot kuota dengan update yang saya lupa matikan settingan automatic update-nya. Ya kalau mau main itung-itungan kasarnya mah ini 12-15 kali lipat harganya euy hahaha.

Tapi sayang, walaupun mereka berbeda, tapi nampaknya perlakuan saya terhadap kamar ini akan sama saja tak peduli semewah apapun kamu wahai kamar hahaha.
Kondisi kosan terakhir di Bandung 
Kondisi kamar saat ini di Komaba
Yah, tinggal menunggu waktu hingga menjadi se-semrawut gambar yang pertama. Untungnya saya tidak foto bagian lantainya, karena kondisinya udah sama aja kalau lantai hahaha.

Sedikit Jalan-jalan

Setidaknya saya sudah sedikit jalan-jalan di Tokyo ini. Memang terhitung masih sangat sedikit, tapi ya gapapa lah, masih banyak yang harus dikerjakan terlebih dahulu, terutama saving.
Patung Hachiko yang terkenal itu di Shibuya
Mugiwara Store at Parco, Shibuya
Mugiwara Store at Parco, Shibuya
Mugiwara Store at Parco, Shibuya
Tokyo Tower
Gambar di atas asli hasil jepretan loh. Akhirnya saya punya gambar Tokyo Tower untuk dibuat wallpaper HP bukan hasil googling hahaha.
大観覧車 (Daikanransha) at Odaiba
Salah satu objek di Odaiba yang menarik untuk dinaiki bukan untuk dikunjungi saja. Harganya cuma 900an yen. Ada dua tipe gondola: biasa dan see-through. Mungkin lain kali bisa kesana lagi dan naik yang see-through pada waktu siang hari jadi bisa keliatan bawahnya hahaha.
Surabaya, Restoran Indonesia di Odaiba
Well,  restoran ini mungkin bukan objek yang ingin dikunjungi. Hanya saja saya masukan karena sekedar ingin share aja, karena di tempat ini kami dengan sangat salahnya menghabiskan uang kami untuk yang namanya makan untuk pertama kalinya. Mungkin karena ga bener baca menunya, mungkin memang miskomunikasi dengan pelayannya (padahal orang Indonesia loh). Uang makan tiga hari pak hahaha.
AKB48 Cafe, Akihabara
Tenang dulu, saya cuman sempat untuk sekedar foto di depan cafenya AKB48. Belum masuk ke dalam cafenya (udah kemaleman mungkin), atau bahkan ke teaternya AKB48. Mungkin bisa lain waktu. Tapi mungkin juga tidak, toh sudah berkurang animonya akan hal itu.
Ah, andaikan saya berjalan disini 10 tahun lalu, mungkin bisa liat Shinoda Mariko yang lagi bagiin brosur iklan AKB48 Cafe hahaha (punten absurd).

New Struggle

Pada akhirnya, ini benar-benar awal perjuangan saya. Saya harus belajar untuk ujian tahun depan di bulan Agustus 2016.

Selain itu, saya juga harus belajar Bahasa Jepang dengan intesif disini. Memang sih niat lab untuk menjadi lag international yang bahasa pengantarnya English, tapi ga bisa dipungkiri mereka masih harus mencampur-adukkan bahasa ketika penjelasan menjadi susah dalam English.
Oleh karena itu, baiknya saya belajar Bahasa Jepang tidak hanya untuk kehidupan sehari-hari, tapi mungkin buat kehidupan di lab juga. Kalau pun ga kepake, mungkin bisa buat skill buat baito (part-time) disini haha.
Saya cukup kaget, karena penempatan kelas saya ternyata tidak sesuai dengan yang saya ekspektasi. Dengan modal hanya Shokyu 3 di OBKG yang menamatkan Minna no Nihongo satu jilid, mendengarkan percakapan sehari-hari dari nonton dorama Jepang, ternyata saya Alhamdulillah masuk ke kelas intermediate.
Text Book untuk Kelas Intermediate. N3?!!
Sedikit kaget juga, textbooknya untuk setingkat yang mau N3. Padahal mungkin dengan Shokyu 3, baru bisa N5.
Tapi ya sudahlah, jadikan ini tantangan bahwa akan sangat banyak yang bisa dipelajari di kelas ini tanpa harus mengulang banyak materi yang sudah diketahui. Dan insya Allah output yang didapatkan juga sangat banyak, setimpal dengan usahanya yang mungkin juga akan sangat keras.
Sekedar info kelas intensif ini setiap hari dari jam 9.00-12.30, dan tiap hari ada PR katanya. Yuk balik jadi anak sekolahan lagi yuk.
まあ、集中日本語コースに日本語を一生懸命勉強する!
日本語が上手にならなければならない!

Tapi tetep, prioritas utamanya adalah belajar untuk ujian tulis tahun depan.
がんばろう!
Ayo belajar! Gambar di atas adalah gambar yang paling minta untuk direalisasikan.
2030? さあ、がんばりましょう!

Punten sebelumnya kalau post ini panjang, maklum hasil rapelan hampir sebulan dan kontennya mungkin jadi ga spesifik.
"Dream it, imagine it, chase it. Make it real for sure" - Tanduk Ion

No comments:

Post a Comment